MARI KITA BERBAGI ANTARA SAMA2 FARMASI..
LAPORAN FARMASI FISIKA...
PERCOBAAN 1 MASSA JENIS DAN BOBOT JENIS
4.2 Pembahasan
LAPORAN FARMASI FISIKA...
PERCOBAAN 1 MASSA JENIS DAN BOBOT JENIS
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Dalam kehidupan sehari–hari kita selalu berhubungan
dengan berbagai macam benda yang selalu kita gunakan untuk menunjang segala
aktivitas kita. Tanpa kita ketahui, setiap benda memiliki massa jenis yang
berbeda antara satu dan yang lainnya.
Dalam bidang farmasi, ahli farmasi seringkali
menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan bobot jenis apabila mengadakan
perubahan massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut
satuan massa dan volume. Bobot jenis diartikan sebagai perbandingan kerapatan
dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat ditentukan pada
temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus (Martin,1990).
Massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan
besarnya perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut, massa
jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran dan bentuk benda diubah
massa jenis benda tidak berubah. misalnya ukurannya diperbesar sehingga massa
benda maupun volume benda makin besar. Untuk menentukan massa benda dapat
dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti
neraca analitik atau yang lainnya.
Dewasa ini telah banyak alat yang dibuat untuk
memudahkan kita dalam mengukur bobot jenis dan kerapatan zat. Bobot jenis zat
dapat diukur dengan menggunakan berbagai jenis alat ukur salah satunya
piknometer. Dengan menggunakan piknometer, kita dapat melihat perbedaan hasil
akhir bobot jenis dan massa jenis suatu zat. Alat piknometer ini, dipengaruhi
oleh sifat larutan, pH dan pengaruh temperatur.
Mengingat pentingnya massa dan bobot jenis dalam
bidang farmasi, maka sudah sewajarnya jika mahasiswa farmasi memahami mengenai
massa dan bobot jenis ini, termasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran bobot
jenis. Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan menghitung massa dan bobot
jenis metanol, minyak kelapa dan tween-80.
I.2 Maksud dan tujuan percobaan
I.2.1 Maksud percobaan
a. mengetahui
cara penetapan bobot jenis dan massa jenis suatu zat cair dengan menggunkan
alat piknometer.
I.2.2 Tujuan percobaan
a. menentukan
bobot jenis dan massa jenis dari metanol, minyak kelapa, dan tween-80 dengan
menggunakan piknometer
b. menghitung
hasil akhir dari penentuan bobot jenis dan massa jenis dengan menggunakan piknometer.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DasarTeori
Bobot jenis suatuzatadalahperbandinganbobotzatterhadap air
dengan volume yang sama ditimbang diudara pada suhu yang sama (Dirjen
POM,1979).
Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dankecualidinyatakan
lain didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara padasuhu yang telah ditetapkan
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25°C zat berbentuk
padat, tetapkan bobo tjenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi
dan mengacu pada air pada suhu 25°C. Bilangan bobot jenis merupakan bilangan perbandingan
tanpa dimensi yang mengacu pada bobot jenis air pada 4°C (=1000 g.m-1)
(Dirjen POM, 1995).
Penetapan bobot jenis dilakukan terhadap zat atau senyawa
yang berbentuk cair. Adapun sifat dari zat cair, antara lain:
1.
Bentuk mengikuti tempat dan volumenya tetap.
2.
Molekulnya dapat bergerak tetapi tidak semudah
gerak molekul gas.
3.
Jarak partikelnya lebih dekat daripada gas
sehingga lebih sukar dimampatkan.
4.
Dapat diuapkan dengan memerlukan energi.
Bobot jenis
relative dari farmakope-farmakope adalah sebaliknya suatu besaran ditarik dari bobot
dan menggambarkan hubungan berat dengan bagian volume yang sama dari zat yang
diteliti dengan air, keduanya diukur dalam udara dan pada 200C
(voight, 1994).
Bobot jenis yang juga dikenal dengan istilah Specific
Gravity biasanya dilambangkan dengan huruf S dan memiliki persamaan rumus
sebagai berikut:
Dimana : S = Bobotjenis
Dimana : S = Bobotjenis
mx = massa
suatu zat
mair = massa
zat cair
Pada keadaan volume (V) dansuhu (T) yang sama.
Menurut definisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam decimal, dari berat
suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai
temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan untuk
standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi,
perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan
pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah
dimurnikan (Ansel, 1989).
Massa jenis (kerapatan-Density) adalah perbandingan antara
bobot zat dibanding dengan volume zatpadasuhutertentu (biasanya 250
C, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam
gram per sentimeter kubik (g/cm³ = g/ml) dan dalam satuan SI kilogram per meter
kubik (kg/m³).
Secara sistematis massa jenis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dimana r (rho) adalah massa jenis (Kg/m3), m adalah
massa, dan v adalah volume.
Berat jenis dapat ditentukan
dengan menggunakan berbagai metode yaitu sebagai berikut (Martin, A., 1993):
a. MetodePiknometer
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa
cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan
dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang
sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian
metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya
volume piknometer. Optimum ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer,
yaitu tipe botol dengan tipe pipet.
b. Neraca Mohr Westphal
eraca
ini dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair. Terdiri atas dua dengan 10
buah lekuk untuk menggantungkan anting, pada ujung lekuk yang ke 10 tergantung sebuah
benda celup C terbuat dari gelas (kaca) pejal (tidak berongga), ada yang dalam benda
celup dilengkapi dengan sebuah thermometer kecil untuk mengetahui susu cairan
yang diukur massa jenisnya, neraca seimbang jika ujung jarum D tepat pada jarum
T.
c. Densimeter
Densimeter
merupakan alat untuk mengukur massa jenis (densitas) zat cair secara langsung.
Angka-angka yang tertera pada tangkai berskala secara langsung menyatakan massa
jenis zat cair yang permukaannya tepat pada angka yang tertera.
BAB
III
METODE
KERJA
3.1
AlatdanBahan
3.1.1 Alat
1. Gelasbeker
2. Gelasukur
3. Neracaanalitik
4. Oven
5. Piknometer
6. Pipet
7. Termometer
1. Alkohol
2. Aquadest
3. Tween-80
4.
Methanol
5. Minyakkelapa
6. Aluminium
foil
7. Esbatu
8. Tisu
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Tabel pengamatan sampel pada piknometer
No
|
Sampel
|
Volume
pikonometer
(mL)
|
Bobot a
(gram)
|
Bobot b
(gram)
|
b-a
(gram)
|
Massa jenis
(g/mL)
|
Suhu
(°C)
|
1
|
Tween -80
|
12.5
|
18.12
|
28.29
|
10.08
|
0.806
|
25
|
53
|
31.89
|
85.29
|
53.36
|
1.006
|
25
|
||
2
|
Minyak kelapa
|
12.5
|
17.56
|
26.92
|
9.36
|
0.75
|
25
|
53
|
31.66
|
77.22
|
45.56
|
0.86
|
25
|
||
3
|
Etanol
|
12.5
|
17.75
|
25.42
|
9.17
|
0.73
|
15
|
53
|
31.43
|
81.6
|
27.17
|
0.51
|
15
|
4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini menggunakan alat
piknometer untuk mengukur bobot jenis dan massa jenis.
Piknometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur nilai massa jenis atau densitas dari fluida, serta piknometer
yang digunakan terbuat dari kaca berbentuk seperti Erlenmeyer kecil dengan
kapasitas antara 10mL-50mL (Rahmadi, A 2003).
Langkah pertama yang dilakukan dalam
percobaan ini yaitu disiapkan piknometer sebanyak 6 buah yang terdiri dari
piknometer berukuran kecil dan besar, antara lain sebagai wadah untuk tween
-80, minyak kelapa dan etanol. Kemudian piknometer dikalibrasi dengan
menggunakan air bersih. Didapatkan volume 12,5 mL untuk piknometer yang kecil
dan 53 mL untuk piknometer yang kecil. Tujuan dari kalibrasi untuk mengetahui
volume dari piknometer yang akan digunakan, tetapi sebelumnya piknometer
dibersihkan dengan aquadest, setelah itu untuk mempermudah pada proses
pengeringan, piknometer dibilas dengan alkohol 96%.
Langkah berikutnya piknometer
dimasukan kedalam oven dengan suhu 100° C serta dibatasi dengan waktu 1 jam.
Tujuan piknometer dimasukan kedalam oven untuk menghilangkan sisa-sisa molekul
air yang masih tertinggal didalam piknometer. Setelah kering piknometer
dikeluarkan dari oven dengan menggunakan tang kayu sebagai penjepit untuk
menghindari kontak panas dari piknometer yang masih panas. Langkah berikutnya
masing-masing sampel dimasukan kedalam piknometer yg telah kering dengan volume
yang telah dikalibrasi. Setelah semua piknometer telah terisi sampel, maka
proses berikutnya diukur suhu dari masing-masing sampel dengan menggunakan
thermometer hingga mencapai 25°C, dengan catatan piknometer berada pada wadah
yang telah diisi dengan balok es. Tujuan penggunaan wadah yane telah diisi es
batu untuk mempercepat penurunan suhu hingga mencapai suhu yang telah
ditentukan. kemudian piknometer beserta isinya ditimbang kembali dengan
menggunakan neraca analitik.
Pada tabel diatas telah diketahui
penentuan bobot jenis dan massa jenis. Dari percobaan ini telah didapatkan
hasil yang berbeda, baik dalam bobot jenis dan juga dalam sifat zatnya. Dari
data diatas terlihat bahwa massa jenis tween-80 dengan piknometer yang
bervolume 53 mL lebih besar dari pada minyak kelapa dan methanol. Setelah mengukur temperature satu per-satu
bahwa temperature tween-80 lebih lama menurun dibandingkan dengan temperature
methanol yang lebih cepat turun. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan titik beku
pada ketiga larutan ini.
Hasil percobaan didapatkan bahwa
hasil bobot jenis tween-80 dengan menggunakan piknometer bervolume 12.5 mL
sebesar 0.806 gr/mL, bobot jenis tween-80 dengan piknometer bervolume 53 mL
sebesar 1.006 gr/mL, minyak kelapa dengan piknometer bervolume 12.5 mL sebesar
0.75 gr/mL, minyak kelapa dengan piknometer bervolume 53 mL sebesar 0.86 gr/mL,
methanol dengan piknometer bervolume 12.5 mL sebesar 0.73 gr/mL, methanol
dengan piknometer bervolume 53 mL sebesar 0.51 gr/mL. Dan berdasarkan literatur
bobot jenis tween-80 yaitu antara 1.06-1.09 gr/mL (Depkes 1979), dan bobot
jenis metanol yaitu sebesar 0,796-0,798 gr/mL (Depkes 1979).
Hasil perhitungan pada percobaan
ini, tidak semuanya sesuai dengan literatur Farmakope edisi III tahun 1979,
dikarenakan oleh dua faktor, antara lain, kesalahan dalam menimbang ketika
menetapkan suhu piknometer dan kurang teliti dalam penentuan suhu tetap.