Selasa, 18 Desember 2012

MARI KITA BERBAGI ANTARA SAMA2 FARMASI..

LAPORAN FARMASI FISIKA...
PERCOBAAN 1 MASSA JENIS DAN BOBOT JENIS



BAB I
PENDAHULUAN

I.1        Latar belakang                                                

Dalam kehidupan sehari–hari kita selalu berhubungan dengan berbagai macam benda yang selalu kita gunakan untuk menunjang segala aktivitas kita. Tanpa kita ketahui, setiap benda memiliki massa jenis yang berbeda antara satu dan yang lainnya.
Dalam bidang farmasi, ahli farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan bobot jenis apabila mengadakan perubahan massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut satuan massa dan volume. Bobot jenis diartikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus (Martin,1990).
Massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut, massa jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran dan bentuk benda diubah massa jenis benda tidak berubah. misalnya ukurannya diperbesar sehingga massa benda maupun volume benda makin besar. Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik  atau yang lainnya. 
Dewasa ini telah banyak alat yang dibuat untuk memudahkan kita dalam mengukur bobot jenis dan kerapatan zat. Bobot jenis zat dapat diukur dengan menggunakan berbagai jenis alat ukur salah satunya piknometer. Dengan menggunakan piknometer, kita dapat melihat perbedaan hasil akhir bobot jenis dan massa jenis suatu zat. Alat piknometer ini, dipengaruhi oleh sifat larutan, pH dan pengaruh temperatur.
Mengingat pentingnya massa dan bobot jenis dalam bidang farmasi, maka sudah sewajarnya jika mahasiswa farmasi memahami mengenai massa dan bobot jenis ini, termasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran bobot jenis. Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan menghitung massa dan bobot jenis metanol, minyak kelapa dan tween-80.             

I.2        Maksud dan tujuan percobaan
I.2.1   Maksud percobaan
a.    mengetahui cara penetapan bobot jenis dan massa jenis suatu zat cair dengan menggunkan alat piknometer.
I.2.2   Tujuan percobaan
a.    menentukan bobot jenis dan massa jenis dari metanol, minyak kelapa, dan tween-80 dengan menggunakan piknometer
b.   menghitung hasil akhir dari penentuan bobot jenis dan massa jenis dengan menggunakan piknometer.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1   DasarTeori
Bobot jenis suatuzatadalahperbandinganbobotzatterhadap air dengan volume yang sama ditimbang diudara pada suhu yang sama (Dirjen POM,1979).
Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dankecualidinyatakan lain didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara padasuhu yang telah ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25°C zat berbentuk padat, tetapkan bobo tjenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi dan mengacu pada air pada suhu 25°C. Bilangan bobot jenis merupakan bilangan perbandingan tanpa dimensi yang mengacu pada bobot jenis air pada 4°C (=1000 g.m-1) (Dirjen POM, 1995).
Penetapan bobot jenis dilakukan terhadap zat atau senyawa yang berbentuk cair. Adapun sifat dari zat cair, antara lain:
1.      Bentuk mengikuti tempat dan volumenya tetap.
2.      Molekulnya dapat bergerak tetapi tidak semudah gerak molekul gas.
3.      Jarak partikelnya lebih dekat daripada gas sehingga lebih sukar dimampatkan.
4.      Dapat diuapkan dengan memerlukan energi.
Bobot jenis relative dari farmakope-farmakope adalah sebaliknya suatu besaran ditarik dari bobot dan menggambarkan hubungan berat dengan bagian volume yang sama dari zat yang diteliti dengan air, keduanya diukur dalam udara dan pada 200C (voight, 1994).



Bobot jenis yang juga dikenal dengan istilah Specific Gravity biasanya dilambangkan dengan huruf S dan memiliki persamaan rumus sebagai berikut:
Dimana :   S      =  Bobotjenis
                      mx     = massa suatu zat
                        mair    = massa zat cair
Pada keadaan volume (V) dansuhu (T) yang sama.
Menurut definisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam decimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ansel, 1989).
Massa jenis (kerapatan-Density) adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zatpadasuhutertentu (biasanya 250 C, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (g/cm³ = g/ml) dan dalam satuan SI kilogram per meter kubik (kg/m³).
Secara sistematis massa jenis dapat dirumuskan sebagai berikut:
           Dimana r (rho) adalah massa jenis (Kg/m3), m adalah massa, dan v adalah volume.
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai metode yaitu sebagai berikut (Martin, A., 1993):
a.    MetodePiknometer
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimum ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet.
b.   Neraca Mohr Westphal
eraca ini dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair. Terdiri atas dua dengan 10 buah lekuk untuk menggantungkan anting, pada ujung lekuk yang ke 10 tergantung sebuah benda celup C terbuat dari gelas (kaca) pejal (tidak berongga), ada yang dalam benda celup dilengkapi dengan sebuah thermometer kecil untuk mengetahui susu cairan yang diukur massa jenisnya, neraca seimbang jika ujung jarum D tepat pada jarum T.
c.    Densimeter
Densimeter merupakan alat untuk mengukur massa jenis (densitas) zat cair secara langsung. Angka-angka yang tertera pada tangkai berskala secara langsung menyatakan massa jenis zat cair yang permukaannya tepat pada angka yang tertera.


BAB III
METODE KERJA

3.1    AlatdanBahan
3.1.1 Alat
1.      Gelasbeker
2.      Gelasukur
3.      Neracaanalitik
4.      Oven
5.      Piknometer
6.      Pipet
7.      Termometer
3.1.2 Bahan
1.      Alkohol
2.      Aquadest
3.      Tween-80
4.      Methanol
5.      Minyakkelapa
6.      Aluminium foil
7.      Esbatu
8.      Tisu

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Tabel pengamatan sampel pada piknometer
No
Sampel
Volume pikonometer
(mL)
Bobot a
(gram)
Bobot b
(gram)
b-a
(gram)
Massa jenis
(g/mL)
Suhu
(°C)
1
Tween -80
12.5
18.12
28.29
10.08
0.806
25
53
31.89
85.29
53.36
1.006
25
2
Minyak kelapa
12.5
17.56
26.92
9.36
0.75
25
53
31.66
77.22
45.56
0.86
25
3
Etanol
12.5
17.75
25.42
9.17
0.73
15
53
31.43
81.6
27.17
0.51
15


4.2 Pembahasan
            Percobaan kali ini menggunakan alat piknometer untuk mengukur bobot jenis dan massa jenis.
Piknometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai massa jenis atau densitas dari fluida, serta piknometer yang digunakan terbuat dari kaca berbentuk seperti Erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10mL-50mL (Rahmadi, A 2003).
            Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu disiapkan piknometer sebanyak 6 buah yang terdiri dari piknometer berukuran kecil dan besar, antara lain sebagai wadah untuk tween -80, minyak kelapa dan etanol. Kemudian piknometer dikalibrasi dengan menggunakan air bersih. Didapatkan volume 12,5 mL untuk piknometer yang kecil dan 53 mL untuk piknometer yang kecil. Tujuan dari kalibrasi untuk mengetahui volume dari piknometer yang akan digunakan, tetapi sebelumnya piknometer dibersihkan dengan aquadest, setelah itu untuk mempermudah pada proses pengeringan, piknometer dibilas dengan alkohol 96%.
            Langkah berikutnya piknometer dimasukan kedalam oven dengan suhu 100° C serta dibatasi dengan waktu 1 jam. Tujuan piknometer dimasukan kedalam oven untuk menghilangkan sisa-sisa molekul air yang masih tertinggal didalam piknometer. Setelah kering piknometer dikeluarkan dari oven dengan menggunakan tang kayu sebagai penjepit untuk menghindari kontak panas dari piknometer yang masih panas. Langkah berikutnya masing-masing sampel dimasukan kedalam piknometer yg telah kering dengan volume yang telah dikalibrasi. Setelah semua piknometer telah terisi sampel, maka proses berikutnya diukur suhu dari masing-masing sampel dengan menggunakan thermometer hingga mencapai 25°C, dengan catatan piknometer berada pada wadah yang telah diisi dengan balok es. Tujuan penggunaan wadah yane telah diisi es batu untuk mempercepat penurunan suhu hingga mencapai suhu yang telah ditentukan. kemudian piknometer beserta isinya ditimbang kembali dengan menggunakan neraca analitik.

            Pada tabel diatas telah diketahui penentuan bobot jenis dan massa jenis. Dari percobaan ini telah didapatkan hasil yang berbeda, baik dalam bobot jenis dan juga dalam sifat zatnya. Dari data diatas terlihat bahwa massa jenis tween-80 dengan piknometer yang bervolume 53 mL lebih besar dari pada minyak kelapa dan methanol.  Setelah mengukur temperature satu per-satu bahwa temperature tween-80 lebih lama menurun dibandingkan dengan temperature methanol yang lebih cepat turun. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan titik beku pada ketiga larutan ini.
            Hasil percobaan didapatkan bahwa hasil bobot jenis tween-80 dengan menggunakan piknometer bervolume 12.5 mL sebesar 0.806 gr/mL, bobot jenis tween-80 dengan piknometer bervolume 53 mL sebesar 1.006 gr/mL, minyak kelapa dengan piknometer bervolume 12.5 mL sebesar 0.75 gr/mL, minyak kelapa dengan piknometer bervolume 53 mL sebesar 0.86 gr/mL, methanol dengan piknometer bervolume 12.5 mL sebesar 0.73 gr/mL, methanol dengan piknometer bervolume 53 mL sebesar 0.51 gr/mL. Dan berdasarkan literatur bobot jenis tween-80 yaitu antara 1.06-1.09 gr/mL (Depkes 1979), dan bobot jenis metanol yaitu sebesar 0,796-0,798 gr/mL (Depkes 1979).
            Hasil perhitungan pada percobaan ini, tidak semuanya sesuai dengan literatur Farmakope edisi III tahun 1979, dikarenakan oleh dua faktor, antara lain, kesalahan dalam menimbang ketika menetapkan suhu piknometer dan kurang teliti dalam penentuan suhu tetap.